Senin, 23 September 2013
Komunitas Adat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Salah satu Prosesi Adat di masjid kuno Bayan |
Lombok Utara - Komunitas masyarakat adat oleh kebanyakan orang dipahami sebatas hak kebudayaan, tradisi atau adat-istiadat. Meski cara pandang itu tidak sepenuhnya salah, namun cara pandang itu cenderung distorsif. Padahal berbicara tentang masyarakat adat terkait dengan hak kebudayaan dan hak pengelolaan atas Sumber Daya Alam (SDA), terutama tanah, termasuk pemerintahan lembaga adat. Ada lebih ekstrim, masyarakat adat dianggap tidak ada lagi.
Rabu, 18 September 2013
SEJARAH BAYAN
Pada zaman dahulu sekitar Bayan dipimpin oleh seorang Raja atau disebut Datu Bayan bergelar Susuhunan Ratu Mas Bayan Agung, silsilah menyebut bahwa Raja Bayan bersaudara dengan tidak kurang dari 18 orang dari hasil perkawinan Raja sebelumnya dengan beberapa istri dan selir, saudara-saudara Raja Bayan kemudian menyebar ke seluruh pulau Lombok dan hingga kini beranak pinak. Sejarah mencatat dari hasil perkawinan Raja Bayan dengan istri pertamanya mempunyai dua orang putra bergelar Pangeran Mas mutering langit dan Pangeran Mas mutering gumi kedua pangeran inilah yang kemudian meneruskan memerintah dan berkuasa di kerajaan Bayan.
FILOSOFI WETU TELU BAYAN
Awal mula muncul istilah wettu telu di kenal luas oleh publik adalah muncul dari buku Dr.J.Vvan Ball yang ditulis pada tahun 1940 dan diterjemahkan pada pada tahun 1979 oleh Koencaraningrat yang berjudul Pesta Alip di Bayan, pesta Alip sendiri adalah Acara Adat yang dilaksanakan 8 tahun sekali yang bertujuan untuk memelihara keberadaan makam peninggalan para leluhur di Bayan dikomplek makam di mesjid kuno Bayan. Dalam buku yang ditulis J.Van Ball pada tahun 1940 tersebut mengambarkan keadaan Bayan yang masih asli, masih mencerminkan suatu kondisi dimana islam dipahami sesuai dengan apa yang pertama kali dipahami dan diajarkan kepada para leluhur-leluhur orang bayan disebutkan pula bahwa islam berkembang di Bayan dan baru kemudian sistem baru terbentuk setelah kemerdekaan Republik Indonesia menggambarkan munculnya islam modern.
Rabu, 04 September 2013
PRO KONTRA SUKU BAYAN DI LOMBOK
Selain dikenal sebagai negara perairan dan kepulauan, Indonesia dikenal juga dengan keberagaman suku bangsa, agama, etnis dan lainya, masyarakat bersatu dalam konsep kebersamaan sebagai sebuah Negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbinekha tunggal ika. Keberadaan sekitar lima ratusan suku bangsa yang tersebar dan terdaftar dimasing-masing provinsi menjadikan Indonesia kaya dengan khasanah budaya bangsa akan tetapi tidak jarang juga merupakan suatu potensi konflik yang dapat setiap saat meletup manakala bangsa, rakyat indonesia tidak mampu menjaga toleransi antara warga,agama,suku,etnis dan lain sebagainya.
Langganan:
Postingan (Atom)