Setiap negara
memiliki dasar-dasar negara dan sistem-sistem pemerintahan biasanya
merupakan filosofi dasar terbentuknya suatu negara atau kerajaan,
filosofi dan nilai-nilai merupakan pemikiran dari para pendiri suatu
bangsa atau sebuah kerajaan, diletakkan sebagai pondasi kebangsaan
seperti terdapat di Negara Indonesia yaitu
menganut sistem Presidensil dengan lambang Negara Garuda pancasila dan
mempunyai undang-undang Dasar yaitu UUD 45 serta Demokrasi sebagai
sistem pengambilan keputusan dalam
memilih pemimpin dan pemikiran-pemikiran tersebut lebih dikenal dengan 4
(empat) pilar kebangsaan yaitu NKRI,PANCASILA,UUD 45 dan BHINEKA
TUNGGAL IKA.
Al
Qur’an sebagai pedoman Umat Islam juga sebagai pedoman yang utama
masyarakat Bayan, ayat-ayat suci Al-Qur’an senantiasa terdengar dari
do’a-do’a para kiayi. Kitab Suci Al-Qur’an jika tidak sedang dibaca
selalu diletakan di ketinggian seperti di Inan Bale atau di
langit-langit berugak menunjukkan betapa Agungnya wahyu yang di turunkan
oleh ALLAH SWT kepada Baginda Nabi Muhammad SAW tersebut sehingga
merupakan pedoman utama orang bayan. Ada Pula isi kandungan Al-Qur’an
disalin dalam lontar –lontar seperti hikayat nabi,tapel adam dan lainya
di bayan.
Meskipun
tidak sekomplek dan selengkap Negara Republik indonesia, dalam
kehidupan masyarakat bayan terdapat pula nilai-nilai seperti wetu telu
dan berlaku pula awiq-awiq yang mengatur berbagai hal terkait dengan
kehidupan masyarakat bayan diantaranya awiq-awiq/hukum adat yang
mengatur masalah lingkungan seperti hutan adat, awiq-awiq yang mengatur
kehidupan sosial misalkan sanksi-sanksi adat yang mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia lainya.
Selain
itu kearifan-kearifan lokal yang terlahir dari pengalaman panjang
berbudaya masyarakat bayan misalkan konsep pemalik yang walaupun tidak
mendapat sangsi secara langsung, akan tetapi masih diyakini akan
mendapatkan balasan dikemudian hari sehingga keberadaan kearifan
kearifan ini melekat erat dan tumbuh berdasarkan kesadaran masing-masing
individu bukan atas dasar keterpaksaan seeorang untuk taat dikarenakan
ada sangsi saja yang mengikatnya. Beberapa pemalik yang dapat kita
jumpai misalkan pemalik apabila mendahului menikmati hidangan sebelum
waktunya,pemalik apabila memanjat pohon lekong/kenari,pemalik apabila
mengambil bambu pada bulan-bulan manis yang kesemuanya itu ada maksud
didalamnya,itulah yang kemudian disebut sebagai kearifan lokal.
Dalam memilih para pemimpin orang bayan mengenal sistem Gundem
berdasarkan prusa atau garis keturunan (garis partilinier), yaitu
kombinasi antara musyawarah mufakat dengan garis amanah (partilinier)
yang merupakan tangung jawab keturunan tertentu.
Masing-masing
mempunyai prusa sebutan terhadap garis keturunan tertentu dan antara
prusa yang satu dengan yang lainya tidak boleh mengambil atau melangkahi
menjabat satu jabatan adat
karena Prusa merupakan hak dan kewajiban keturunan tertentu, hak atas
fasilitas-fasilitas adat seperti rumah kedinasan ataupun tanah pecatu
bagi mereka yang aktif. Selain mendapat hak para pengemban Adat
berkewajiban melaksanakan amanah yang diberikan. sistem prusa ini
merupakan serangkaian sistem membentuk satu kesatuan saling mengisi satu prusa dengan prusa yang lainya sehingga apabila salah satunya tidak berfungsi maka, keseluruhan sistem akan juga tidak berfungsi.
Terdapat
banyak pilihan prusa dalam satu garis keturunan hanya satu pejabat dari
keturunan mereka yang dibutuhkan utuk mengisi jabatan tertentu bukan
berarti memilih mereka mudah karena
ada syarat dan prasarat yang harus dipenuhi dan apabila terpilih kepada
mereka selain jabatan biasanya dibarengi dengan pemberian pecatu/tanah adat adalah sebagai penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan selama menjadi pengemban adat.
Kehidupan orang bayan sejak ia dilahirkan sampai kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari maka,
pada setiap acara adat yang merupakan pemenuhan dari salah satu
kewajiban bermasyarakat menurut islam wajib untuk di penuhi oleh
karenanya selalu ada cara/ adat berkenaan dengan diri seseorang dari
lahir,potong rambut,khitan,perkawinan sampai kematian.
Selain
Acara-acara adat yang berkenaan dengan siklus kehidupan individu orang
bayan juga melaksanakan acara adat yang berkaitan dengan pertanian dan
perkebunan mulai dari bagaimana mereka melaksanakan acara-acara adat di
mata air didalam hutan adat,membagar,bercocok tanam,padi mulai berbuah
sampai pada padi di panen hingga disimpan dilumbung semua ada acara adatnya,semua harus mendapatkan do’a selamat dari para kiayi.
Acara-Acara
hari besar keagamaan juga dilaksanakan sepanjang tahun seperti
maulid,Idul fitri,idul adha dan acara agama islam lainya juga
dilaksanakan secara tradisional menurut adat istiadat yang diwariskan
secara turun temurun sehingga ketika dibandingkan dengan acara-acara
keagamaan yang umum kita saksikan saat ini mungkin akan terheran-heran melihat praktek islam tradisional yang ada di bayan.
Karena
Bayan dulunya adalah pusat kerajaan islam tertua dilombok maka,
berkaitan dengan keberadaanya sebagai pusat pemerintahan dan atau
sekarang sebagai pusat budaya Bayan sering sekali dilaksanakan
acara-acara kenegaraan seperti Gawe Alip,Gawe Lohor.Gawe Beleq dan
Acara-acara yang melibatkan keseluruhan dari masyarakat adat tanpa
terkecuali.
Memahami struktur atau lembaga adat bayan yang mengatur sistem budaya di bayan sangat
sederhana karena apapun yang dilaksanakan oleh orang bayan sebelum
dirampungkan oleh do,a kiayi atau mereka menyebutnya do’a slamet maka,
apapun acara adat yang dilaksanakan belum dianggap sah atau slamet
sehingga peran kiayi sangat vital dan islam atau slam
kemudian dipahami sebagai penyempurna. Dari pemahanman sederhana inilah
berkembang kemudian menempatkan para kiayi sebagai bagian pegemban
utama adat bayan bersamaan dengan fungsi pemangku bayan timur yang
memberikan mandat kepada para kiayi.
Sejarah yang terbentuk beratus-ratus tahun lamanya di bayan mengambarkan
pola hubungan yang dibentuk dan model kelembagaan yang diterapkan di
bayan. Dalam sejarah disebutkan bahwa Pangeran Mas mutering Langit yang
berkedudukan di bayan timur adalah memegang mandat lembaga yang
berhubungan dengan hubungan vertikal maka dibayan timur pula kemudian sebagai
pengemban utama tata kelola lembaga secara keseluruhan. Di bayan timur
terdapat kampu tempat tinggal pemangku dan pembekel beleq merekalah yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan lembaga secara keseluruhan.
Karena urusan bayan timur adalah urusan yang mengatur hubungan dengan
sang pecipta maka, pemangku bayan timur dapat menetapkan kiayi kagungan
yaitu pemimpin dari para kiayi yang bertugas melayani orang bayan yang
berhubungan dengan acara-acara selamatan baik urip atau acara-acara yang
berhubungan dengan kehidupan maupun pati yaitu acara acara yang
berhubungan dengan kematian.
Kagungan
Kiayi atau tanda jabatan pemimpin para kiayi yang terdiri dari kiayi
pengulu,kiayi ketib,kiayi mudim dan kiayi lebe diberikan melalui prosesi
adat dan untuk memegang jabatan-jabatan tersebut mereka diikat oleh
satu hukum dan ketentuan yang tidak bisa membuat mereka terlalu bebas
bergaul dan beraktifitas, mereka harus mematuhi hal-hal atau etika yang
telah ditetapkan karena menjadi pembeda masyakat biasa dengan
pengemban-pengemban utama atau prusa utama adat Bayan.
Proses
seleksi dan kepatutan seorang pengemban seperti para kiayi kagungan
tidak sembarangan disamping mereka harus layak dan merupakan prusa,
prusa adalah garis keturunan, Gundem mutlak harus dilakukan dalam rangka
uji publik kelayakan mereka, proses yang panjang ini menunjukan betapa
pentingnya suatu jabatan sehingga perlu untuk diperketat.
Bagi
mereka yang telah menjabat kepada mereka diberikan tanah pecatu yaitu
beberapa petak sawah yang ukuranya sesuai degan ukuran ekonomi
masyarakat bayan dan tercukupi untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Dari
hasil sawah tersebut sebagianya disisihkan untuk penyelenggaraan adat
istiadat yang berllangsung dikediaman para
kiayi kagungan dan pengasilan tambahan mereka,mereka terima dari jasa
mereka melayani masyakat bayan seperti jasa karena telah memimpin
acara-acara selamatan dan untuk ukuran ekonomi atau penghasilan orang
bayan dari hasil sawah dan tambahan penghasilan dari jasa-jasa tersebut
cukup sepadan.
Kiayi
kagungan berjumlah empat orang yaitu Kiayi Pengulu,Kiyai ketib,Kiayi
mudim dan kiayi lebe. Kiayi kagungan dalam menjalankan tugasnya pada
wilayah kerja yang cukup luas tersebut dibantu oleh para kiayi santri
adalah para bawahan atau murid para kiayi kagungan, kiayi santri
mempunyai fungsi yang sama dengan kiayi kagungan yaitu
melayani orang bayan yang membedakan adalah mereka para kiayi kagungan
diangkat dan dikukuhkan oleh pengemban utama adat bayan dan kemudian
diberikan tanah pecatu dan dilengkapi dengan rumah2 kedinasan sementara para kiayi santri merupakan bawahan-bawahan mereka.
Pada
acara-acara kematian/pati biasanya para kiayi mendapat jasa yang
sedikit lebih besar karena dari sejak kematian hingga tujuh hari
seseorang meninggal jasa mereka tetap dipergunakan. Slawat adalah
sebutan materi yang diserahkan oleh keluarga Almarhum atas jasa para
kiayi yang membantu terlaksananya gawe pati.Slawat berupa perlengkapan
rumah tangga seperti perabot dapur,kasur,pakaean aneka makanan dan
lainya. Pada acara gawe pati apabila dalam salah satu rangkaian acaranya
salah seorang kiayi kagungan tidak dapat menghadiri acara tersebut
dapat mewakilkan kepada kiayi yang lainya karena dalam acara gawe pati
dibutuhkan lebih dari satu kiayi untuk mengikuti proses acara tersebut
sampai berakhirnya acara tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya pengemban/prusa utama dibantu oleh Pembekel loloan dan pengemban adat lainya seperti inan
pedangan dan lainya, loloan mempunyai peranan yang sangat vital dan
menentukan berhasil atau sukses tidaknya penyelenggaraan adat gama
karena urusan ini hanya boleh dikerjakan oleh para prusa yang berasal
dari loloan. Selain loloan dibantu juga dengan ruak bangket, dan
sembagek yang masing-masing para prusa terdapat di desa sukadana saat
ini.
Pangeran
mas mutering Gumi yang berkedudukan di Bayan Barat memegang mandat
mengurus lembaga yang berkaitan dengan adat luir gama adalah pelaksanaan
adat yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Dalam menjalankan
mandat ini pangeran mas mutering gumi dibantu oleh titi mas puncan surya
yang berada di karang bajo, pelaksanaan adat luir gama dikoordinir oleh
lokaq karang bajo dan pengemban adat lainya yang berada dikarang bajo.
Toaq lokaq yang terdapat di karang bajo mempunyai peranan yang penting
dalam penyelengaraan adat luir gama peran mereka sama dengan loloan pada
adat gama, segala hal yang berkaitan dengan pennyelenggaraan adat luir
gama dikelola dan di kendalikan di karang bajo, walaupun Bayan barat
pengemban adat luir gama tetapi dalam penyelengaraan dan persiapan
termasuk sukses terselenggaranya acara tergantung pada karang bajo. Di
Bayan barat selain pemangkunya terdapat juga pejabat lain seperti
pembekel dan lokaq plawangan yang berperan mengurus persiapan
pelaksanaan acara-acara adat di bayan.
Hubungan
antara adat gama dan luir gama ini bagaikan dua sisi mata uang yaitu
sama-sama saling membutuhkan Adat Luir gama merupakan adat-istiadat yang
berhubungan dengan dunia atau keduniaan sementara
adat gama berhubungan dengan urusan-urusan akhirat dan pada acara-acara
tersebut keberadaan peran seorang kiayi sangat dibutuhka sebagai
penutup dengan pembacaan do’a-do’a menjadi penyempurna acara-acara yang
dilaksanakan. Pola ini menunjukkan menempatkan kiayi sebagai penyempurna
adalah menempatkan mereka di struktur yang
lebih tinggi dari pengemban adat lainya dan Pemangku bayan timurlah
yang berhak memberikan jabatan tersebut maka, dapat dipahami kemudian
bahwa bayan timurlah pengemban utama adat bayan. Pembagian kewenangan
ini sering disebut hubungan saling membutuhkan,hubungan saling tidak
mencampuri urusan yang satu dengan yang lainya, bagaikan hubungan suami
istri yang saling melengkapi.
Pada
setiap Gubuk terdapat Bale beleq atau kampu yang merupakan tempat
bertemunya para keluarga sesuai dengan prusa masing-masing, ditempat
inilah bila terdapat acara-acara adat berkumpul untuk mempersiapkan
segala sesuatunya secara bersama-sama. Lembaga adat yang lebih besar
ditopang oleh keberadaan bele-bale beleq dan makam-makam para leluhur
yang ada di bayan.
Lembaga-lembaga
yang berifat ad-hoc juga dibentuk semacam kepanitiaan untuk
mensukseskan acara atau gawe tertentu pada gawe urip disebut antara lain
aman jangan,inan nasik atau inan pedagan dan lainya adalah mereka yang
mengurus ketersediaan Nasi atau lauk pauk di acara gawe mereka untuk
jasanya diberikan beberas dan gegantir yaitu berupa beras,benang uang
dan sekitar ¼ kg daging dari sapi atau kerbau yang disemblih pada waktu
acara.
Semua
hal yang berkaitan dengan acara-acara adat pasti mempunyai pengemban
yang ditunjuk sesuai dengan prusa masing masing, adanya jasa yang
diberikan kepada mereka merupakan satu upaya secara langsung atau tidak
langsung mendukung keberlangsungan dan suksesnya acara dimaksud, hal ini
semacam lingkaran jasa yang dibangun dalam kebudayaan bayan maka,
ketika lingkaran jas ini tidak berjalan berarti bahwa pelaksanaan
acara-acara adat inipun juga akan hilang dan sementara acara-acara adat
ini merupakan istrumen yang dapat menunjukkan keberadaan dan eksisitensi
keberadaan adat sehingga hilangnya lingkaran adat menyebabkan hilangnya
salah satu yang memperkuat tatanan adat itu sendiri, selain acara-acara
terdapat pula nilai-nilai yang bersamaan dengan lahirnya budaya
tersebut termasuk juga peninggalan-peninggalan bersejarah
Untuk acara-acara yang berhubungan dengan pertanian cukup
hanya dipimpin oleh para kiayi tetapi untuk acara yang berhubungan
dengan pembukaan lahan baru atau disebut membagar pengembannya disebut
walin gumi. Lembaga adat yang bersifat ad-hoc ini juga dapat dibedakan
dari acara adat apa yang dilaksanakan misalnya sidekah gumi atau teklauk
tekdaya pengembannya terdiri dari Lokaq gantungan Robong,Lokaq Juru
Basa berasal dari sukadana, walin Gumi, pemomong yang berasal dari
senaru dan pembekel karang bajo sebagai pengendali pelaksanaan acara
tersebut. Setelah prosesi ini selesai maka, karang bajo menyampaikan ulak kaya berupa berbagai hasil bumi ke bayan timur
untuk kemudian dilaksanakan.. ngaji lohor yaitu acara besar-besaran
yang dilaksanakan dengan mengundang seluruh kiayi untuk memanjatkan
do’a-do’a di mesjid kuno bayan.
Termasuk
acara-acara yang dilaksanakan di bayan timur juga pengembannya
berjenjang mulai dari Pembekel, para prusa dari loloan,ruak bangket dan
sembagek menjadi penyelenggara termasuk inan pedangan yang juga berperan
penting.
Selain
sejarah yang mencerminkan kelembagaan juga ritual-ritual yang
dilaksakan secara berjenjang ini menggambarkan peran dan fungsi para
prusa dan bagaimana para prusa mengkoordinir keluarga besar mereka untuk
terlibat aktif dalam setiap kegiatan adat istiadat, keterkaitan yang
saling mengikat disertai dengan lingkaran jasa yang dibangun merupakan
gambaran tentang lembaga adat bayan. Prinsip saling membutuhkan satu
dengan lainya terkadang dapat melepas ego masing-masing prusa bahwa adat
istiadat bayan tidak dapat dikerjakan sendiri dan sukses oleh satu
orang karena masing-masing sudah ada kedudukan,fungsi dan tanggung
jawabnya yang tenntu saja tidak boleh saling melangkahi dan semua harus
melaui urutannya sehingga tidak boleh saling mendahulaui seperti itulah
budaya mengajarkan kepada masyarakat bayan.
Lembaga adat yang berkedudukan di bayan merupakan
lembaga sentral, artinya bahwa lembaga yang disebut pengemban utama ini
karena strukturnya lebih komplek dibanding lembaga yang berada
dibawahnya yaitu yang berada dimasing-masing tempat seperti di
semokan,anyar dan desa beleq,sesait,salut dan sekitarnya. Tempat-tempat
tersebut diberikan otonomi karena tidak harus mereka ikut
penyelenggaraan adat istiadat di bayan termasuk terhadap sistem jasa
seperti hasil bumi yang harus diserahkan di bayan,cukup pada acara-acara
besar (acara kenegaraan) tertentu saja mereka para prusa bisa mengikuti
acara-acara tersebut seperti Gawe lohor,Gawe alip,tilawat dan
sebagainya yang terpusat di bayaan timur. Ditempat seperti semokan juga
sudah terdapat para kiayi yang di perbantukan untuk melanyani
kebutuhan-kebutuhan keagamaan ditempat tersebut.
Bentuk pengelolaan hutan adat dapat kita jumpai di beberapa tempat seperti di bangket bayan,Pawang Mandala,Sembagek, Semokan dan montong gdeng. Pada bangket/sawah Bayan merupakan sawah yang diyakini pertama di buka bayan.
Di bangket bayan terdapat pecatu yang diperuntukan untuk pengemban adat
bayan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama menjabat. Ada beberapa
pejabat yang berkaitan dengan hutan bangket bayan yang pertama adalah
pengangkatan penjaga hutan atau disebut perumbag dan penyanding
dilaksakan di karang bajo ditetapkankan dan diangkat oleh lokaq
gantungan rombong karang bajo karena pelaksana berjenjang adat luir gama
adalah karang bajo dan pengemban utama adat luir gama sendiri adalah
bayan barat.sementara dalam mengawasi tugas-tugas perumbag dan
penyanding diawasi oleh lokaq bual dan nangka rempek.
Struktur
yang sederhana tetapi mencakup segala aspek sosial budaya yang
berkembang di bayan, sederhana tetapi merupakan suatu kebutuhan Dunia
dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar